Kamis, 23 April 2009

Sharing story : punya karyawan = happy problem

Saya sudah bisnis herbal sejak tahun 2006. Memiliki team marketing adalah impian. Team  promotion, team sales, dan team spreader. YA, saat itu saya sendirilah teamnya. Mengiklankan di media, mulai mencari harga, membuat desain, confirm order, mengecek terbit atau tidak, dan membayar. Dilanjutkan menerima order, menerima telpon, menerima email. Memberikan penjelasan produk dan harga. Diteruskan dengan packaging, mengeluarkan invoice dan nota, membuat surat jalan, mengecek rekening, kirim ke TIKI atau kirim langsung jika masih terjangkau oleh honda kharisma 2001 tersayang. Diwaktu longgar keliling kota, membuat surat penawaran, kirim email ke calon agen dan distributor. Dan banyak pekerjaan kecil lain yang harus ditangani sendiri.
 
Mau tidak mau memang itu harus dijalani agar bisnis terus berjalan. Saya ikhlas dan senang menjalaninya. Sampai sampai pekerjaan rumah sering terlewatkan. Bocor diatap kelupaan ditembel, eh ingetnya kalau hujan. Motor sampai buluk tidak pernah dicuci, padahal sangat berjasa membantu dalam operasional.
 
Tahun 2007, saat itu sudah terpikirkan untuk memiliki karyawan. Bukan karyawan tetap, cukup untuk membantu pengiriman saja. Semacam kurir lah. Bayangannya bisa mas-mas yang suka mangkal di pojok, yang biasa ngojek. Alhamdulillah ketemu juga dengan pak xxxxxxx (maaf lupa namanya). Beliau cukup amanah, beberapa kali hantaran berjalan lancar. Memang dari sisi ongkos dibilang cukup mahal dibanding kirim via TIKI. Tapi bersama beliau bisa memiliki layanan COD (cash on delivery). Karena order juga belum banyak, umumnya 2 hari sekali, tidak menghasilkan banyak pemasukan untuk beliau. Kadang saya harus rela memberi tip lebih agar beliau tetap semangat. Saya pun rela keuntungan saya pas-pasan untuk meng-cover biaya ini.
 
Tahun 2008, saya mulai bergabung dengan TDA. Berkenalan dengan rekan-sekan sesama entrepreneur. Alhamdulillah bertemu dan bisa bekerja sama dengan baik. Tetapi jasa marketing maupun kurir ini bukanlah mainstream bisnis beliau, sehingga setelah 6 bulanan berjalan akhirnya vacum juga. Akhirnya kembali bertempur sendiri, sama seperti tahun 2006. Beberapa kali berkenalan dengan "calon" karyawan yang merupakan referensi dari saudara sepupu, tetapi ekspektasi mereka terlalu tinggi. Dan saya tidak mau mengambil resiko jika mereka kecewa. Beberapa kali mengendurkan diri untuk memiliki tangan ketiga saat bertemu. Siapa yang menakuti? pikiran saya sendiri. Hingga Milad3 TDA berkahir masih menjadi superman, semua kerjakan by man (that's me and my self!!!). Tidak boleh berhenti untuk menjalankan bisnis Lamandel dan Herba Bagoes yang sedang naik daun.
 
Lepas Milad3, bergabung dengan mastermind. Dan memiliki karyawan ini beberapa kali disharing dengan rekan-rekan di Master Mind Oase Timur. Hingga semangatnya, pernah membuat lowongan kerja yang saya tempel sendiri di beberapa sekolah SMK. Harapannya banyak yang kirim CV, dan lebih mudah men-sortirnya. Hehehehe.... berminggu-minggu saya tunggu tidak satupun surat datang.
Beberapa mastermind menjadi bahan WIFLE saya, sampai-sampai Mang Yana nulis di milis tentang mimpi punya karyawan ini.
 
Akhirnya Law of Attraction bekerja, dibarengi dengan sedikit action minggu kemarin kedatangan teman yang menawarkan tenaga kerja. Tidak pikir panjang, minta CV, sedikit wawancara sederhana, langsung besok saya minta datang untuk mulai kerja.
 
Punya tenaga kerja harapannya kita bisa kerja makin terstruktur dan makin santai. Ternyata kenyataannya tidak, karyawan baru ini ternyata membawa problem dan pekerjaan baru lho......
 
Happy problem dan happy job. Apa itu maksudnya ?
1. Bisnis yang dijalankan semuanya ada di otak kita. Apa yang mau dikerjakan bisa ditulis dibuku, dilaksanakan, dan dicatat hasilnya sendiri. Memindahkan suatu pekerjaan untuk dikerjakan oleh orang lain ternyata tidak semudah memindahkan nasi di bakul ke piring kita. Suka tidak suka kita harus belajar membuat sistem. Membuat standar operasi kerja.
Sehingga apa yang biasa kita kerjakan bisa dilakukan oleh orang lain.
 
2. Kadang kita berpikir ini masih bisa kita kerjakan sendiri, buat apa orang lain? nah itulah seni memiliki karyawan. Partner kita ini mau kita berikan pekerjaan yang mana ya? bisa tidak ya? apalagi bisnis masih kecil, order kadang ada, kadang sangat sibuk, eh besoknya tidak ada pesanan sama sekali.
Sehingga perlu dibuat juga list job.
 
3. Menentukan penghasilan. Ini urusan yang sangat sensitif. Kita dituntut bisa mengatur berapa gaji pokok, berapa biaya makan, transport, komisi, gaji, dll. Termasuk pekerjaan ke - HRD an.
 
4. Kreatifitas yang tinggi. Teori bradsugar bahwa karyawan akan mencari 1/2 dari penghasilannya tidak semudah teorinya. Kita harus berpikir kreatif "mencarikan" 1/2 dari penghasilannya tersebut. Aktifitas apa yang bisa dilakukan sehingga bisnis terdongkrak, dan secara otomatis mendapatkan tambahan profit untuk karyawan tersebut
 
Think big
Start small
 
kenapa small?
karena untuk pergi ke pasar, kita butuh satu gerakan untuk berdiri, langkah pertama ke halaman, dan membuka pagar
 

0 Comments: